Dari Kompasiana
Oleh Zulfikar Akbar
Kasus penghinaan terhadap mantan Presiden Indonesia, B.J Habibie oleh bekas Menteri Penerangan Malaysia, Zainuddin bin Maidin masih gencar dibahas media. Tak hanya di Indonesia karena dikait-kaitkan dengan harga diri bangsa, tetapi juga di negeri jiran itu sendiri. Atas alasan itu pula, saya mengontak langsung Datuk Anwar via email pribadi yang kebetulan saya miliki—sebagian hasil dari surat-menyurat via elektronik tersebut sudah saya ulas ditulisan sebelumnya.
Persis menjelang tengah malam, pertanyaan-pertanyaan yang saya kirimkan pada Anwar Ibrahim mendapat balasan tambahan. Menyusul, sebelumnya email-email saya kepada eks Wakil Perdana Menteri itu sudah lebih dulu dijawab. Saya mencoba membacanya dengan teliti. Tercenung, berpikir bahwa jika memang kasus ini dianggap serius oleh kalangan pemerintah Indonesia maka surat yang dikirimkan ke saya juga merupakan sesuatu yang tak kalah serius.
Dalam surat-surat balasan itu, Anwar memberikan pernyataannya—saya sesuaibahasakan, "Saya menanggapi serangan buruk Zainudin Maidin kepada mantan Presiden Indonesia, Yang Terhormat Bapak BJ Habibie, seperti yang diterbitkan kemarin oleh Utusan Malaysia," ujarnya sambil menggarisbawahi bahwa media dimaksud merupakan surat kabar milik UMNO.
"Memang, tulisan Zainudin Maidin sangat dangkal. Ia jelas mewakili para elit UMNO yang kerap berprasangka buruk terhadap negara Indonesia. Jika menelusuri latar belakang Zainudin; ia adalah bekas editor surat kabar Utusan Malaysia milik UMNO. Dia juga mantan menteri penerangan. Ia sering menunjuk serampangan dan kerap menuduh siapa saja yang tak sejalan dengan UMNO sebagai 'pengkhianat'," demikian isi lebih lanjut dari pernyataan Anwar Ibrahim, masih di email yang sama.
Lebih jauh, tokoh yang menjabat sebagai wakil perdana menteri dari 1993 sampai dengan 1998 itu, menyebutkan pula, Zainudin merupakan satu-satunya menteri yang gagal dalam pemilihan umum lalu. Dari sana, Anwar mensinyalir lewat pernyataannya, "Bisa dipahami, bahwa motifnya adalah perasaan tak menerima sekaligus dendam sehingga melakukan serangan separah ini," begitu ditegaskan sosok yang pernah juga menjadi tokoh penting UMNO dari 1982-1998 itu.
Namun, dikatakan pula oleh Datuk Anwar Ibrahim, "Idealnya, sikap Zainudin tidak perlu dilayani, pasalnya ia sama sekali tidak mewakili masyarakat Malaysia. Zainudin adalah sosok arogan dan rasis. Sikapnya itu pula yang merupakan salah satu penyebab tercetusnya krisis bilateral antara Malaysia-Indonesia," ujarnya menambahkan.
***
Kepada saya, Anwar juga mengirimkan pernyataan-pernyataan dari YB Mohamed Azmin. Sosok yang disebut terakhir ini merupakan Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat. Di sana, Mohamed Azmin menyebutkan, "Persaudaraan antara Indonesia dan Malaysia berlandaskan kepada ikatan persaudaraan serumpun yang akrab dari sudut budaya dan bahkan agama. Hubungan kedua negara ini adalah manifestasi dari sikap saling hormat-menghormati. Juga, kesadaran bahwa kita punya akar budaya yang mengikat antar satu sama lain di samping faktor ekonomi," tokoh partai ternama Malaysia itu membuka pengantar suratnya.
Sosok yang pernah menimba ilmu non-degree dari Oxford University 1997 itu juga menyebut, ia tak heran dengan agitasi dari Zainudin Maidin terhadap mantan presiden Indonesia, B.J Habibie dan Datuk Seri Anwar Ibrahim. Menurutnya, itu tidak lepas dari kebesaran nama Zainudin yang diangkat oleh Utusan Malaysia. Harian tersebut, menurutnya, tak lebih sebagai media picisan yang mencoba memengaruhi pikiran rakyat dengan cara intelek, tapi kerap mengumbar fitnah.
"Tidak keliru kalau kami menyebut bahwa Zainudin Maidin sedang mengidap Sklerosis Intelek yang kronis, seperti halnya pimpinan UMNO lainnya," Mohamed memberikan kecaman kerasnya, sambil juga menambahkan, "Pernyataan-pernyataannya itu adalah budaya yang dipandang lazim di kalangan UMNO. Mereka tidak segan-segan menyerang pribadi dan menabur fitnah tanpa tanggung-tanggung. Lebih memalukan lagi, Zainudin Maidin memperlihatkan prasangka busuk pimpinan UMNO terhadap negara Indonesia."
Atas alasan itu, wakil presiden partai tersebut menegaskan lagi, "Partai Keadilan Rakyat mengecam keras pernyataan Zainudin Maidin yang kian mempersulit hubungan Malaysia dengan Indonesia," demikian paparnya.
Memuji Habibie
Di surat elektronik lainnya yang dikirimkan langsung ke alamat email pribadi saya, Mohamed Azmin Ali juga memberikan pujian kepada B.J Habibie. Menurutnya, Habibie merupakan seorang reformis dan intelektual bangsa. Dikatakannya pula, mantan presiden tersebut juga merupakan sosok yang membawa negara ke sebuah sistem yang demokratik dengan memerdekakan rakyat dari belenggu pemikiran dan hegemoni yang sempit.
"(Bagi saya) Habibie merupakan seorang negarawan. Beliau juga seorang yang peduli rakyat dan memiliki semangat solidaritas yang luhur. Saya sudah melihat langsung seperti apa Bapak B.J Habibie dan isterinya, Alm. Ibu Ainun begitu prihatin saat Datuk Seri Anwar menjalani perawatan di Munich, Jerman pada tahun 2004. Ini cukup memperjelas, betapa akrab hubungan kedua tokoh tersebut. Itu bertujuan juga untuk memperkokoh hubungan Malaysia dan Indonesia," ia menandaskan.