Isnin, 16 Julai 2012

Anwar Ibrahim

Anwar Ibrahim


Tiga Tokoh Kontroversial Asia Akan Bertemu di Jakarta

Posted: 16 Jul 2012 03:26 AM PDT

Johannes Sutanto de Britto
Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta

Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta

Ketiganya dipastikan akan duduk bersama di sebuah forum diskusi ilmiah dengan tema “Peace & Reconciliation in Southeast Asia” di Ballroom, Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa, 17/7.

JAKARTA, Jaringnews.com - Tiga tokoh yang tidak asing lagi di kawasan Asia yaitu mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta dipastikan akan duduk bersama di sebuah forum diskusi ilmiah dengan tema “Peace & Reconciliation in Southeast Asia” di Ballroom, Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa, (17/7).

Diskusi bertaraf internasional yang diselengggarakan oleh Strategic Review: The Indonesian Journal of Leadership, Policy and World Affairs ini akan dihadiri oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam forum ini Presiden SBY akan menjadi keynote speakersnya. Pada kesempatan diskusi ini juga Strategic Review akan melakukan “Formal Launch” untuk jurnalnya yang telah berusia kurang lebih 1 tahun sejak terbit perdana.

Kehadiran tiga tokoh kontroversial di Jakarta ini tentu akan menjadi perhatian publik Indonesia. Seperti diketahui, ketiganya adalah sosok yang memiliki pengaruh besar dalam peta perpolitikan di negaranya masing-masing.

Mantan PM Thaksin yang telah digulingkan oleh militer pada September 2006 tinggal di pengasingan di Dubai. Meski tinggal di pengasingan, ia tetap memiliki pengaruh yang sangat kuat di Thailand.

Thaksin digulingkan oleh para jenderal pada 2006 dan tinggal di luar negeri untuk menghindari hukuman dua tahun penjara karena kasus korupsi yang menjeratnya. Ia sendiri secara tegas menyatakan bahwa tuduhan itu bermotif politik.

Adik Thaksin Shinawatra, Yingluck menjadi perdana menteri pada tahun lalu setelah kemenangan pemilu yang gemilang. Pemerintahannya mendorong parlemen untuk membentuk sebuah panel yang bertugas menulis ulang konstitusi 2007. Konstitusi itu sendiri dirancang oleh pendukung kudeta yang menggulingkan Thaksin. Rencana itu ditetang oposisi Thailand. Mereka menangkap ada motif politik pemulangan Thaksin tanpa harus menjalani hukuman penjara. Pihak oposisi juga meminta pemerintah untuk tidak mengubah status monarki.

Tak kalah unik, pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, yang justru sedang menghadapi dakwaan baru sehubungan dengan aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang terjadi di Malaysia. Bersama Anwar Ibrahim, Wakil Presiden PKR Azmin Ali dan Badrul Hisham Shaharin dituntut oleh pemerintah karena dianggap sebagai dalang kerusuhan.

Jika terbukti bersalah, Anwar akan diancam dengan hukuman dua tahun penjara dan denda sebesar 2.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp6 juta. Tidak hanya itu saja, Anwar juga akan dilarang untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum.

Anwar didakwa melanggar undang-undang yang melarang unjuk rasa jalanan dan pawai massal di pusat kota Kuala Lumpur. Sidang akan digelar kembali pada 3 September mendatang.

Sementara itu, Ramos Horta, sosok yang di masa lalu pernah diidolakan di negara bekas wilayah Indonesia itu adalah mantan Presiden Timor Leste. Peraih Nobel Perdamaian tahun 1996 ini sebelumnya berada pada posisi ketiga dalam putaran pertama pemilu presiden kedua di Timor Leste pada 17 Maret 2012 lalu.

Ramos Horta dikalahkan oleh mantan gerilyawan di masa pendudukan Indonesia, Taur Matan Ruak yang juga telah mengalahkan pemimpin oposisi Francisco Guterres.

Klik Link: http://jaringnews.com/internasional/asia/18744/tiga-tokoh-kontroversial-asia-akan-bertemu-di-jakarta

Kaut Untung Anak Beranak, Mahathir Malukan Negara

Posted: 15 Jul 2012 09:38 PM PDT

KeadilanDaily

Mantan Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad menyalahgunakan pengaruhnya untuk mengaut keuntungan demi kepentingan peribadi memalukan negara, kata Presiden Teras Pengupayaan Melayu (Teras), Mohd Azmi Abdul Hamid.

Beliau berkata, Teras kesal pemberian bekalan minyak pesawat MAS kepada Petron iaitu syarikat milik anaknya, Mirzan yang juga dikaitkan dengan pembelian sebuah syarikat perusahaan arak, San Miguel.

"Tun Mahathir sepatutnya bertanggungjawab untuk memastikan kepentingan Petronas mendahului segala kepentingan peribadi kerana ia adalah aset negara dan ini bukan kali pertama beliau melakukan penyalahgunaan pengaruhnya untuk memastikan anaknya mendapat tender besar," katanya dalam satu kenyataan.

Mohd Azmi juga mendesak kerajaan memberi penjelasan mengapa syarikat milik negara disalahguna kepada syarikat peribadi.

"Kerajaan perlu jelaskan kenapa syarikat penting milik negara seperti Petronas dan MAS harus ditundukkan kepada sebuah syarikat peribadi yang boleh menjejaskan kepentingan kedua-dua syarikat strategik kerajaan.

"Terlalu banyak perundingan urusniaga di negara ini yang mengutamakan kroni lebih dari kepentingan negara. Apakah perkara ini akan terus diuruskelola dengan cara sumber negara difaraid sesama kroni yang tidak mempunyai agenda utama selain dari mengaut keuntungan lumayan," tegas beliau.

Beliau juga mengkritik budaya kronisme dalam pentadbiran negara yang masih kukuh dan mendapat rangsangan kuat di kalangan pemimpin dan bekas pemimpin negara.

"Bermula dari kes tender secara rundingan terus sehingga kes anugerah kepada syarikat tanpa ketelusan dan tanpa tender terbuka, negara ini jelas mengabsahkan amalan kronisme yang sangat ketara.

"Teras berani mengatakan tidak ada kontraktor dalam kelas apa sekalipun di negara ini yang dapat menafikan betapa proses pemberian tender sarat dengan amalan kronisme dan rasuah," kata Mohd Azmi.

Katanya, Teras juga mendapati punca utama sesuatu projek menjadi terlalu mahal disebabkan budaya kronisme dan rasuah.

"Sistem kronisme dan rasuah yang menjadi sangat lazim di negara ini adalah faktor utama kenapa suatu projek menjadi sangat mahal.

"Lebih malang lagi, tender diberikan kepada sebuah syarikat yang mengenepikan syarikat kerajaan yang strategik padahal syarikat itu sepatutnya lebih diutamakan kerana ia mempunyai kepentingan negara," kata beliau lagi.

Wacana “Islam dan Reformasi Pemikiran Ummah” Bersama Dr. Tariq Ramadan 19hb Julai 2012 di Bukit Segambut

Posted: 15 Jul 2012 08:30 PM PDT

Tiada ulasan: